Showing posts with label opini. Show all posts
Showing posts with label opini. Show all posts

Thursday, December 8, 2011

Tiga Bekal Guru Sebelum Masuk Kelas

REPUBLIKA - Generasi baru Indonesia menghadapi tantangan yang berat. Tantangan itu berasal dari peradaban yang kental dengan nuansa serba instan dan konsumtif.

Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangsel, Komaruddin Hidayat, menuturkan generasi baru Indonesia berada di persimpangan arus antara kreatif dan konsumtif. Belum lagi, perkembangan teknologi telah melahirkan dunia terkoneksi dengan cepat. Dunia itu diisi oleh generasi yang disebut generasi connected.

"Sebabnya, guru perlu mendampingi anak didik untuk membangun sebuah kultur sekolah dan keluarga guna membentengi mereka," kata dia saat menjadi keynote speaker dalam acara training  "Guru Kreatif Pendidikan Berkualitas LPI Dompet Dhuafa" di Wisma Syahida, Kampus II UIN, Kamis (8/12).

Untuk itu, kata Komaruddin, dalam mendampingi anak didiknya, guru perlu membekali diri dengan hal-hal seperti, pertama, guru harus kuasai materi ajar. Murid tahu, mana guru yang pas-pasan. Kalau sudah begitu tidak akan mendapat hormat dari murid. "Maka tepat kiranya perumpaan guru yang berhenti berlajar maka harus berhenti mengajar," ujarnya.

Selain itu, kata Komaruddin, guru jangan kering dalam membangun hubungan anak didik. Guru harus membangun hubungan emosional. Rasa emosional itu akan menggerakan anak untuk menjadi murid yang berprestasi.

Kedua, guru masuk ke kelas membawa vibrasi optimisme kepada anak-anak. Jadi, Anda jangan cerita masalah pribadi. Anak itu harus didorong untuk optimis. Kalau anak-anak diracuni sikap pesimis, maka akan melahirkan generasi pesimis. "Masa kemerdekaan tantangan begitu berat, tapi guru masa itu menanamkan optimisme, hasilnya lahir generasi pekerja keras," kata dia.

Ketiga, saat menuju kelas, guru harus membawa cinta. Kalau anda menjadi guru karena uang, anda tidak akan menjadi seorang yang kaya raya, kasihan muridnya. Kalau anda memandang profesi guru sebagai takdir hidup, lahan amal, sumber penghidupan, maka hasilnya luar biasa. "Anda mau jadi anggota DPR yang kaya tapi dicaci maki masyarakat setiap hari. Tentu tidak bukan, tentu saja anda harus mencintai profesi anda yang begitu mulia," katanya.

Friday, October 28, 2011

Sumpah Pemuda Sebuah Letusan Sejarah


Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan. Oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia. Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu. Kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945. Bung Hatta menyebut peristiwa Sumpah Pemuda itu sebagai "sebuah letusan sejarah".
Saat itu, Secarik Kertas untuk Indonesia, menandai lahirnya rumusan Sumpah Pemuda sebagaimana ditulis dalam Majalah Tempo, 27 Oktober 2008. Rumusan Sumpah Pemuda itu ditulis Pemuda Yamin pada ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir Kongres Pemuda Indonesia II. Sebagai sekretaris, Yamin yang duduk di sebelah kiri ketua menyodorkan secarik kertas kepada Soegondo, sembari berbisik, "Saya punya rumusan resolusi yang elegan."
Soegondo membaca rumusan resolusi itu, lalu memandang Yamin. Yamin membalas pandangan itu dengan senyuman. Spontan Soegondo membubuhkan paraf "Setuju". Selanjutnya Soegondo meneruskan usul rumusan itu kepada Amir Sjarifuddin yang memandang Soegondo dengan mata bertanya-tanya. Soegondo mengangguk-angguk. Amir pun memberikan paraf "Setuju". Begitu seterusnya sampai seluruh utusan organisasi pemuda menyatakan setuju.
Sumpah itu berbunyi:
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin. Setelah disahkan, ikrar pemuda itu pun menjadi tonggak bersatunya bangsa Indonesia. "Yaminlah yang mengubah kata Ikrar menjadi Sumpah," kata sejarawan Anhar Gonggong.
Dengan sumpah ini, organisasi pemuda ramai-ramai menanggalkan watak kedaerahan mereka dan melebur menjadi satu organisasi: Indonesia Muda. Umar Said mengatakan “Sumpah Pemuda mengingatkan kita semua bahwa Indonesia ini adalah milik kita bersama, tidak peduli dari kalangan agama atau suku yang mana pun, atau dari kalangan aliran politik yang bagaimana pun. Sumpah Pemuda telah meng-ikrarkan bahwa kita adalah satu bangsa, satu tanah-air dan satu bahasa.”
Mampukah Indonesia Muda sekarang memahami makna Sumpah Pemuda dengan sebenarnya di saat kondisi Indonesia seperti sekarang? Sebagaimana pada pembukaan Opera Van Java (OVJ) malam ini, pemuda digambarkan sebagai sosok yang penuh dengan gejolak emosi yang kadang negatif seperti munculnya tawuran, balapan liar, dan lain-lain. Tentunya saat ini perlu membukan kran untuk terciptanya peristiwa baru sebagai "sebuah letusan sejarah".

Thursday, September 16, 2010

Dukung CO2 jadi Energi Listrik


Ide mengubah CO2 menjadi energi listrik ini dipikirkan oleh Hilman Wirahadisaputra. Ide itu muncul karena pria yang bekerja di bidang teknologi informasi (TI) ini sangat tersiksa dengan mutu udara di Jakarta. "Jalan di trotoar di (Jalan) Sudirman depan gedung BRI 2 aja rasanya sudah sesak," kata Hilman.


"Kesesakan" itu membuatnya berpikir terus bagaimana caranya mengurangi jumlah CO2. "Saya tahu, kalau mau mengurangi CO2 berarti harus mengurangi sumbernya, yakni kendaraan bermotor. Tapi itu kan susah untuk membuat mobil-mobil di Jakarta berkurang," katanya.


Kemudian muncullah ide mendaur ulang CO2 menjadi sesuatu yang berguna bagi manusia. Setelah melakukan riset pustaka dan internet ke mana-mana, Hilman menemukan bahwa secara teori CO2 bisa diubah menjadi energi listrik.


"Jadi CO2 yang ada udara itu di-capture (tangkap), lalu diubah menjadi energi listrik dan disalurkan sebagai energi bagi benda-benda yang membutuhkan tenaga listrik. Misalnya ke lampu penerangan, computer, bahkan sebagai bahan bakar mobil listrik," kata pria lulusan Indiana University, Amerika Serikat ini menjelaskan.


Di saat Hilman melakukan riset itu, dia juga menemukan sebuah kontes bernama General Electric (GE)-Ecomagination Challenge, yakni sebuah kontes inovasi untuk mengatasi masalah krisis energi dan masalah lingkungan yang kini menghantui dunia. Sekalian saja ia mengikutsertakan idenya ke kontes berhadiah 200 juta dolar AS itu. Jika menang, idenya itu akan berusaha diwujudkan dengan bantuan para insinyur dan pakar energi di dunia yang disponsori oleh GE, sebuah perusahaan besar di Amerika Serikat.


"Untuk bisa menjadi peserta kontes ini ide calon peserta dinilai dulu oleh sejumlah pakar di GE apakah ide ini bisa diwujudkan atau sekadar ngecap. Ternyata ide saya dinilai bisa dilakukan sehingga saya lolos menjadi peserta," katanya.


Caranya?


Menurut Hilman, bumi tak akan pernah kehabisan CO2. Pertama, semua makhluk hidup mengeluarkan CO2 sebagai buangan proses bernapas. Selain itu CO2 juga merupakan limbah dari kerja mesin kendaraan dan industri.


"Di lautan juga banyak CO2 sebagai hasil siklus air – hujan turun ke sungai, mengalir ke laut, menjadi uap kemudian awan, dan turun lagi menjadi hujan. Pada saat air menguap di laut, CO2nya tertinggal di lautan," kata Hilman menerangkan.


“Saat ini industri-industri di Eropa dan Amerika (Serikat) sudah menangkap CO2 hasil industri mereka, sebagai bagian dari ketentuan soal limbah. CO2 itu mereka simpan di container dan dipendam di dalam tanah, dan disebut sequestration. Jadi nanti menangkap CO2 seperti yang dilakukan para industri ini,” ujarnya.


Sementara untuk mengubah CO2 menjadi energy listrik, Hilman membayangkan sebuah alat yang bisa melakukan proses "fotosintesa" tumbuhan, yang mengubah CO2 menjadi O2. "Atau seperti alga (ganggang) yang bisa mengubah CO2 menjadi biomass. Nah alat ini mengubah CO2 langsung menjadi energi listrik," kata Hilman.


Jika idenya bisa diwujudkan, maka ketergantung masyarakat perkotaan pada perusahaan listrik bisa berkurang, sehingga perusahaan listrik Negara bisa focus pada pengadaan listrik di kawasan pedesaan. Selain itu biaya sebuah keluarga untuk berlangganan listrik bisa dihemat, karena alat-alat rumah tangga bisa dijalankan menggunakan listrik hasil CO2 anggota keluarga.


Begitu juga dengan perkantoran bisa menggunakan listrik hasil napas para karyawan untuk menyalakan lampu dan computer. Dampak lainnya, ketergantungan manusia kepada bahan bakar fosil (minyak dan batubara) yang jumlahnya semakin sedikit akan jauh berkurang, karena ada bahan bakar yang bukan saja terbarukan tapi juga jangka panjang.


Keuntungan lainnya yang tak kalah penting adalah kualitas udara bumi yang membaik sehingga berguna bagi seluruh masyarakat.


Nah, untuk mewujudkan hal itu Hilman harus menang dulu kontes GE-Ecomagination Challenge. Karena itu dia butuh dukungan banyak orang untuk memberikan suara atas idenya. Caranya dengan mengunjungi laman GE Ecomagination Challenge di http://challenge.ecomagination.com/ideas, dan mencari nama Hilman Wirahadisaputra, lalu memberikan suara di sana.


Memberikan dukungan bagi Hilman dalam kontes ini mungkin hanya tindakan kecil, namun akan menjadi bagian dalam perubahan besar bagi umat manusia.


Sumber: warta kota

Saturday, September 11, 2010

Nama Seseorang di Hari Idul Fitri

Di hari yang fitri saat mudik untuk sungkem pada ibunda tercinta, walau kedatangan saya telat sehari. Secara tidak sengaja, saya membuka file html di notebook ponakan. File tersebut sebuah artikel iptek tahun 2009 dari http://erabaru.net.


Tertarik pada nama sitenya, saya buka berandanya dan menemukan tulisan berjudul Berapa Lama Nama Anda Bisa Diingat. Tulisan ini mengungkapkan kisah seorang anak muda dari desa yang berkeinginan mengajak ibunya menonton film di bioskop, tetapi kehabisan karcis.


Pemuda itu mencegat seseorang yang akan memasuki gedung bioskop dan mengungkapkan permasalahannya. Oleh karena hati pemuda ini terlihat sangat berbakti pada kedua orang tuanya, maka dia akhirnya dengan ikhlas menyumbangkan tiket bioskopnya, diberikan gratis. Pemuda itu selain mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepadanya, juga dengan serius telah menanyakan namanya.


Ini merupakan suatu pemandangan yang sangat biasa di dalam kehidupan masyarakat yang sangat sibuk dan ramai. Puluhan tahun telah berlalu, peristiwa tersebut sudah hampir dia lupakan. Pada suatu hari, ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba terdengar seseorang memanggil namanya dengan perlahan-lahan. Dia melihat seseorang tengah baya dengan muka penuh seyuman sedang berdiri di depannya.


Orang tengah baya itu berkata, “Kakak, apakah Anda masih ingat dengan tiket film yang Anda berikan kepada saya puluhan tahun yang lalu?”

“Ketika itu saya datang dari desa, menemani ibu saya untuk berobat. Ibu saya sedang sakit keras, karena saya takut ibu tidak ada harapan setelah dari operasi, maka saya ingin mengajak dia untuk menonton film.”

“Hari itu, sudah banyak orang yang menolak permohonan saya. Hanya Anda, dengan belas kasih mau memberikan tiket itu kepada saya.”

“Tahukah Anda, setelah operasi, ibu saya bisa memperpanjang hidupnya selama satu tahun. Dalam satu tahun itu, setiap kali ketika dia dengan bahagia mengatakan kalimat “Saya pernah nonton film di kota”, dengan penuh rasa berterima kasih di dalam hati saya berulang-ulang menyebutkan nama Anda.”

“Ya begitulah kak, sudah bertahun-tahun, saya selalu tak bisa melupakan….”


Kala itu, dengan nada agak mengeluh dengan sayu dia berkata, “Saya hanya melakukan hal yang demikian kecil, namun telah membuat seseorang yang belum pernah saya kenal sebelumnya mengingat nama saya, selama bertahun-tahun.”


Sepatah kata yang mengejutkan hati. Memang betul, didalam dunia ini terdapat banyak sekali nama orang yang sirna tertiup oleh angin dari perjalanan waktu, dan nama-nama lain, karena sebuah pengorbanan dan pemberian dari rasa kasih, telah menjadi monumen yang tak tergoyahkan di dalam terpaan angin.


Di hari yang fitri ini, adakah rasa kasih pada diri kita. Dan di hari yang fitri ini pula, berapa nama yang masih kita kenang karena kebaikannya untuk kemudian mendatanginya dan mengucapkan kembali terima kasih. Paling tidak, berapa banyak ungkapan terima kasih pada yang Maha Kuasa karena berkat rahmat-Nya kita menemukan kembali hari Idul Fitri.

Saturday, July 24, 2010

Penyaringan Konten Porno di Internet


Tulisan ini dikutip dari detikinet.com sebagai wacana untuk menuju suatu kesepahaman dan kesamaan persepsi antara seluruh pemangku kepentingan yang terlibat di dalam inisiatif ini. Ditulis oleh M. Salahuddien, aktivis, praktisi dan konsultan Teknologi Informasi, saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua ID-SIRTII yaitu Indonesia Security Incident Response Team On Internet Infrastructure.


Menurut Shalahuddien, pada dasarnya penyaringan konten adalah suatu hal yang wajar dan dilakukan oleh hampir semua negara yang memanfaatkan internet. Tujuannya adalah untuk melindungi tatanan sosial masyarakat, norma dan nilai yang diyakini atau dianut oleh negara dan bangsa serta sekaligus menjaga agar iklim industri juga berjalan dalam suasana yang kondusif.


Walaupun dengan cara dan sasaran yang berbeda-beda namun sebagian besar penyaringan yang dilakukan oleh negara-negara ini ditujukan kepada konten yang dianggap negatif dan atau melanggar hukum positif yang berlaku di suatu negara. Sehingga penyaringan konten ini dapat dianggap sebagai salah satu upaya menangkal kejahatan di internet.


Sebagai ilustrasi, kebanyakan negara maju di Eropa dan Amerika walaupun permisif terhadap industri konten pornografi namun kenyataannya melakukan pengawasan dan pembatasan akses yang tegas untuk kelompok masyarakat tertentu saja, misalnya berdasarkan umur dan lokasi geografis sesuai dengan budaya setempat.


Sedangkan pornografi anak sama sekali dilarang dan selalu dianggap sebagai suatu kejahatan yang amat berat ancaman hukumannya.


Di Indonesia, yang dimaksud dengan konten negatif di internet adalah yang mengandung perbuatan yang dilarang di dalam UU No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu tepatnya pada pasal 27 Ayat 1 (Kesusilaan), Ayat 2 (Perjudian), Pasal 3 (Penghinaan dan atau Pencemaran Nama Baik), Ayat 4 (Pemerasan dan atau Pengancaman) dan Pasal 28 Ayat 1 (Menyebarkan berita bohong), Ayat 2 (SARA).


Khusus untuk asusila diambil pula pasal-pasal di dalam Undang Undang Anti Pornografi dan untuk kejahatan terhadap anak-anak digunakan Undang Undang Perlindungan Anak.


Baca lebih lengkap, klik di sini.

Wednesday, October 22, 2008

Tidak Mengemis Dipasung

Pagi ini aku sarapan metro pagi. Anak dipasung orangtuanya di Batam, gara-gara tidak mau mengemis. Na'udzubillahi min dzalik. Pengkhianat bangsa itu namanya.


Kemerdekaan adalh hak setiap bangsa. Perlindungan anak pun sudah bukan barang basi.


Memang ada kewajiban anak untuk berbakti kepada orangtua, tetapi ada perkecualian, jika orangtua menjerumuskan maka bakti anak sebatas menghargai status orangtua tanpa mengikuti perintah atau ajakan yang menjerumuskan dirinya.


Pemaksaan kehendak seperti di atas yang disertai penyiksaan sudah menjadi perhatian pemerintah. Permasalahannya sekarang mengemis adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan, cuma bermodalkan muka tebal. Agama mengajarkan jangan pilih kasih memberi pada peminta-minta, sehingga bagi pemurah akan rela menafkahkan sebagian rizkinya, dan ini menarik perhatian. Apa perlu penanganan khusus pengemis ini?


Yang lebih berbahaya sepertinya pengemis-pengemis baru berdasi yang lahir pasca lengsernya pemerintahan Orde Baru. Dengan dalih menjadi pemenang pemilu atau lahirnya pemimpin baru. Bahkan ketika ada bursa calon pemimpin daerah pun lahir kelompok pengemis dengan dalih kontrak politik (berarti partai yang mendukung itu dibayar atau minta bayaran?). Yang ini mah kayaknya harus diberantas, sehingga dana pembangunan merata dan pemimpin atau wakil kita di dewan adalah orang-orang yang dipilih karena memang harus dipilih.


Mudah-mudahan tidak ada lagi yang dipasung gara-gara tidak mau mengemis.

Wednesday, August 20, 2008

Calon Legislatif Penerus Panitia Sembilan

Sampai menjelang batas akhir tanggal 19 Agustus 2008 pukul 24.00 WIB sebanyak 38 partai politik yang menjadi peserta di Pemilu 2009 mendatang, sudah resmi mengirimkan berkas para calon legislatif kepada KPU. Selanjutnya, KPU akan langsung memverifikasi seluruh dokumen pendaftaran parpol terkait pengajuan bakal calon dan menyangkut keterwakilan perempuan sebanyak 30 persen di setiap daerah pemilihan.

Siapa pun bakal calon legislatif yang didaftarkan tentunya tak masalah selama mereka memang tak bermasalah. Sebab, peraturannya memang begitu, partai memiliki hak mengajukan siapa saja yang dikehendakinya yang tentunya diajukan untuk dipilih oleh masyarakat, kalau tidak dikatakan dipilih oleh para pendukungnya.

Yang perlu diketengahkan dan dikaji ulang, sepertinya, usai pemilihan calon. Sebab, berlangsung dalam Pemilihan Umum yang menggunakan uang rakyat yang tidak sedikit, kalau tidak dikatakan sangat besar.

Para calon legislatif terpilih nantinya merupakan wakil rakyat di DPR dan MPR, bukan wakil parpol atau golongan tertentu, walaupun secara administratif mereka diajukan oleh parpol atau daerah. Keterwakilan rakyat di DPR atau MPR tergambar dari keputusan2 atau kebijakan2 yang berpijak kepada rakyat kebanyakan dan kepada keberlangsungan pembangunan nasional yang nasional.

Kalau demikian, hendaknya setelah mereka terpilih menjadi anggota dewan atau majelis layaknya Panitia Sembilan ketika mempersiapkan Kemerdekaan RI. Bedanya Panitia Sembilan mempersiapkan Kemerdekaan RI untuk bangsa, negara, dan tanah air Indonesia, sedangkan anggota DPR dan MPR mempersiapkan upaya mempertahankan dan mengisi Kemerdekaan RI yang maslahat bagi bangsa, negara, dan tanah air Indonesia.

Itu berarti, setelah mereka terpilih tidak lagi memikirkan partai atau golongannya, lebih2 dirinya sendiri. Biarkanlah partai atau golongan diurus oleh partainya tanpa melibatkan lagi anggota partai/golongan atau ajuan partai/golongan yang telah terpilih menjadi anggota DPR/MPR. Percayakan partai atau golongan kepada yang bukan anggota DPR/MPR, sementara anggota legislatif berjuang atas nama dan untuk rakyat tanpa dipengaruhi kepentingan partai atau golongan.

Insya Allah, Indonesia akan maju.



baca berita di lintas berita