Wednesday, October 22, 2008

Tidak Mengemis Dipasung

Pagi ini aku sarapan metro pagi. Anak dipasung orangtuanya di Batam, gara-gara tidak mau mengemis. Na'udzubillahi min dzalik. Pengkhianat bangsa itu namanya.


Kemerdekaan adalh hak setiap bangsa. Perlindungan anak pun sudah bukan barang basi.


Memang ada kewajiban anak untuk berbakti kepada orangtua, tetapi ada perkecualian, jika orangtua menjerumuskan maka bakti anak sebatas menghargai status orangtua tanpa mengikuti perintah atau ajakan yang menjerumuskan dirinya.


Pemaksaan kehendak seperti di atas yang disertai penyiksaan sudah menjadi perhatian pemerintah. Permasalahannya sekarang mengemis adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan, cuma bermodalkan muka tebal. Agama mengajarkan jangan pilih kasih memberi pada peminta-minta, sehingga bagi pemurah akan rela menafkahkan sebagian rizkinya, dan ini menarik perhatian. Apa perlu penanganan khusus pengemis ini?


Yang lebih berbahaya sepertinya pengemis-pengemis baru berdasi yang lahir pasca lengsernya pemerintahan Orde Baru. Dengan dalih menjadi pemenang pemilu atau lahirnya pemimpin baru. Bahkan ketika ada bursa calon pemimpin daerah pun lahir kelompok pengemis dengan dalih kontrak politik (berarti partai yang mendukung itu dibayar atau minta bayaran?). Yang ini mah kayaknya harus diberantas, sehingga dana pembangunan merata dan pemimpin atau wakil kita di dewan adalah orang-orang yang dipilih karena memang harus dipilih.


Mudah-mudahan tidak ada lagi yang dipasung gara-gara tidak mau mengemis.

No comments: