Thursday, September 16, 2010

Dukung CO2 jadi Energi Listrik


Ide mengubah CO2 menjadi energi listrik ini dipikirkan oleh Hilman Wirahadisaputra. Ide itu muncul karena pria yang bekerja di bidang teknologi informasi (TI) ini sangat tersiksa dengan mutu udara di Jakarta. "Jalan di trotoar di (Jalan) Sudirman depan gedung BRI 2 aja rasanya sudah sesak," kata Hilman.


"Kesesakan" itu membuatnya berpikir terus bagaimana caranya mengurangi jumlah CO2. "Saya tahu, kalau mau mengurangi CO2 berarti harus mengurangi sumbernya, yakni kendaraan bermotor. Tapi itu kan susah untuk membuat mobil-mobil di Jakarta berkurang," katanya.


Kemudian muncullah ide mendaur ulang CO2 menjadi sesuatu yang berguna bagi manusia. Setelah melakukan riset pustaka dan internet ke mana-mana, Hilman menemukan bahwa secara teori CO2 bisa diubah menjadi energi listrik.


"Jadi CO2 yang ada udara itu di-capture (tangkap), lalu diubah menjadi energi listrik dan disalurkan sebagai energi bagi benda-benda yang membutuhkan tenaga listrik. Misalnya ke lampu penerangan, computer, bahkan sebagai bahan bakar mobil listrik," kata pria lulusan Indiana University, Amerika Serikat ini menjelaskan.


Di saat Hilman melakukan riset itu, dia juga menemukan sebuah kontes bernama General Electric (GE)-Ecomagination Challenge, yakni sebuah kontes inovasi untuk mengatasi masalah krisis energi dan masalah lingkungan yang kini menghantui dunia. Sekalian saja ia mengikutsertakan idenya ke kontes berhadiah 200 juta dolar AS itu. Jika menang, idenya itu akan berusaha diwujudkan dengan bantuan para insinyur dan pakar energi di dunia yang disponsori oleh GE, sebuah perusahaan besar di Amerika Serikat.


"Untuk bisa menjadi peserta kontes ini ide calon peserta dinilai dulu oleh sejumlah pakar di GE apakah ide ini bisa diwujudkan atau sekadar ngecap. Ternyata ide saya dinilai bisa dilakukan sehingga saya lolos menjadi peserta," katanya.


Caranya?


Menurut Hilman, bumi tak akan pernah kehabisan CO2. Pertama, semua makhluk hidup mengeluarkan CO2 sebagai buangan proses bernapas. Selain itu CO2 juga merupakan limbah dari kerja mesin kendaraan dan industri.


"Di lautan juga banyak CO2 sebagai hasil siklus air – hujan turun ke sungai, mengalir ke laut, menjadi uap kemudian awan, dan turun lagi menjadi hujan. Pada saat air menguap di laut, CO2nya tertinggal di lautan," kata Hilman menerangkan.


“Saat ini industri-industri di Eropa dan Amerika (Serikat) sudah menangkap CO2 hasil industri mereka, sebagai bagian dari ketentuan soal limbah. CO2 itu mereka simpan di container dan dipendam di dalam tanah, dan disebut sequestration. Jadi nanti menangkap CO2 seperti yang dilakukan para industri ini,” ujarnya.


Sementara untuk mengubah CO2 menjadi energy listrik, Hilman membayangkan sebuah alat yang bisa melakukan proses "fotosintesa" tumbuhan, yang mengubah CO2 menjadi O2. "Atau seperti alga (ganggang) yang bisa mengubah CO2 menjadi biomass. Nah alat ini mengubah CO2 langsung menjadi energi listrik," kata Hilman.


Jika idenya bisa diwujudkan, maka ketergantung masyarakat perkotaan pada perusahaan listrik bisa berkurang, sehingga perusahaan listrik Negara bisa focus pada pengadaan listrik di kawasan pedesaan. Selain itu biaya sebuah keluarga untuk berlangganan listrik bisa dihemat, karena alat-alat rumah tangga bisa dijalankan menggunakan listrik hasil CO2 anggota keluarga.


Begitu juga dengan perkantoran bisa menggunakan listrik hasil napas para karyawan untuk menyalakan lampu dan computer. Dampak lainnya, ketergantungan manusia kepada bahan bakar fosil (minyak dan batubara) yang jumlahnya semakin sedikit akan jauh berkurang, karena ada bahan bakar yang bukan saja terbarukan tapi juga jangka panjang.


Keuntungan lainnya yang tak kalah penting adalah kualitas udara bumi yang membaik sehingga berguna bagi seluruh masyarakat.


Nah, untuk mewujudkan hal itu Hilman harus menang dulu kontes GE-Ecomagination Challenge. Karena itu dia butuh dukungan banyak orang untuk memberikan suara atas idenya. Caranya dengan mengunjungi laman GE Ecomagination Challenge di http://challenge.ecomagination.com/ideas, dan mencari nama Hilman Wirahadisaputra, lalu memberikan suara di sana.


Memberikan dukungan bagi Hilman dalam kontes ini mungkin hanya tindakan kecil, namun akan menjadi bagian dalam perubahan besar bagi umat manusia.


Sumber: warta kota

No comments: