Thursday, June 12, 2008

Mimpi Mendiknas

Tadi malam Mendiknas kita, Prof Dr Bambang Sudibyo melalui acara SAVE OUR NATION di Metro TV mengungkapkan mimpinya tentang arah pendidikan kita.

Pertama, semua sekolah punya laboratorium komputer yang terkoneksi ke internet;
Kedua, semua guru punya laptop yang terkoneksi ke internet;
Ketiga, semua murid punya laptop yang terkoneksi ke internet.

Berangkat dari kesannya terhadap organisasi Boedi Oetomo dan dua tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantoro dan KH Ahmad Dahlan serta perjuangan pendidikan bapak dan mertuanya, mendiknas kita merilis pendidikan sebagai upaya mengubah potensi menjadi aktulitas. Semua manusia dianugerahi potensi dan melalui pendidikan itulah potensi dibentuk menjadi kompetensi riil. Dengan begitu, menurutnya pendidikan adalah suatu metodologi untuk mengaktualkan potensi menjadi kompetensi dan include terjadinya perubahan nasib.

Dalam kaitan ini, dari semua komponen pendidikan, gurulah yang paling dominan mempengaruhi pendidikan. Sebab, guru menjadi fasilitator murid sebagai subjek yang terfasilitasi mengkonversikan potensi menjadi kompetensi. Untuk itu, maka guru harus seorang profesional, sehingga lahirlah Deklarasi Guru Sebagai Profesi oleh SBY pada 2 Desember 2004. Setahun kemudian diikuti pula oleh Undang-undang Guru dan Dosen.

Pada dasarnya, guru sebagai profesi adalah jabatan seseorang yang memiliki keahlian serta terdidik dan terlatih melalui pendidikan keguruan. Dengan berbagai pertimbangan dan kebijakan-kebijakan yang logis, istilah profesi itu menjadi jabatan yang memerlukan keahlian setelah seseorang menyelesaikan pendidikan keguruan setingkat S1 atau D4 plus kompetensi tambahan. Sejalan dengan itu pula, maka lahirlah sertifikasi guru yang harus dilaksanakan oleh seluruh guru, baik PNS maupun non-PNS.

Lantas mengapa mendiknas bermimpi seperti itu? Jawabannya, penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) secara massal di bidang pendidikan mutlak diperlukan, untuk menuju e-learning. Baik guru maupun murid harus berwawasan ke depan, dan untuk itu TIK harus dikuasai.

Walaupun saya pribadi baru memiliki komputer PIII 868 dan koneksi modem SE K300i serta dengan segala keterbatasan, sistem komputerisasi dipandang sangat menunjang pembelajaran dan tidak memupus keberadaan guru. Sebab, pada sistem penyampaian belajar sendiri pun (self learning materials atau individualized system of instruction) kemampuan2 guru itu masih tetap diperlukan, hanya jumlahnya lebih sedikit dan sedikit berbeda. Seperti dikemukakan mendiknas pun, semua guru adalah konsultan pembelajaran memfasilitasi murid subjek yang mengalami pembelajaran.

Di Amerika serikat idea komputerisasi itu mula-mula memang ditolak dengan alasan akan menimbulkan pengangguran. Tetapi, karena yang kehilangan pekerjaan karena komputerisasi itu bisa ditampung dalam pabrik komputer, malahan dapat menampung lebih banyak, idea komputerisasi itu oleh masyarakat akhirnya diterima (Hatfield, 1968:8).

Yang terpenting tentunya kecanggihan teknologi tidak mengganti mata pelajaran pokok. Artinya, di satu sisi otak kiri (short term memory) manusia tetap terkembangkan berkenaan dengan kemampuan verbal dan matematis, di sisi lain otak kanan (long term memory) manusia senantiasa membawanya ke urusan kreatif, imaginatif, hati dan rasa.

Mari kita realisasikan mimpi mendiknas:

1. semua sekolah punya laboratorium komputer yang terkoneksi ke internet;
2. semua guru punya laptop yang terkoneksi ke internet;
3. semua murid punya laptop yang terkoneksi ke internet.

No comments: