Sunday, June 8, 2008

Promosi (Marketing)

Dalam KBBI disebutkan bahwa promosi berarti kenaikan pangkat atau naik pangkat. Dalam ekonomi atau bisnis berarti hal mengenai kenaikan level ekonomi atau bisnis ke arah yang lebih disukai oleh konsumen, sehingga tentunya promosi involves penyebaran informasi secara luas.

Di sini sekilas saya menyoroti promosi dalam hal marketing. Jadi, promosi dimaksud involves penyebarluasan informasi tentang suatu product, product line, brand (merk), atau company. Dalam wikipedia disebutkan bahwa ini adalah salah satu dari empat aspek kunci marketing mix.(yang lainnya yakni product management, princing, dan distribution).

Yang jelas bahwa promosi berorientasi membuat hubungan di antara product suatu perusahaan atau industri jasa dengan pasar atau konsumen. Dalam hal ini perusahaan atau industri barang atau jasa harus mengerti sasaran pasar dan mengetahui macam promosinya, sehingga akan menarik mereka. Maka, perlu diciptakan satu bentuk komunikasi yang khas, meraih potensi langganan tertarik pada product atau jasa yang kita tawarkan.

Dengan begitu promosi akan menaikkan rating product atau jasa, brand, atau perusahaannya itu sendiri. Haya saja kalau dalam bahasa mentari sakti (tapi ini bukan promosi), ngobrol yang pasti-pasti aja. Bisa saja orang tertarik atau terhipnotis dengan promosi yang dilakukan, tapi sepertinya kebanyakan orang tertarik itu karena like atau dislike.

Ada satu bentuk promosi trial and error (sepertinya semua juga pada dasarnya coba-coba ya). Di tahun 90-an dua teman saya di Sumedang mendapatkan surat dari sebuah swalayan (entah salah satu toko di swalayan itu) yang isinya memberitahukan bahwa mereka mendapat hadiah gratis. Melihat hadiahnya yang menarik dan tidak ada unsur paksaan harus membeli barang, keduanya pun mendatangi swalayan itu (padahal jauh tuh, ongkosnya pun lumayan). Betul tidak ada paksaan harus membeli barang, tetapi terlebih dahulu harus memilih kupon undian (isinya barang dengan harga diskon gede-gedean atau tulisan anda tidak beruntung). Yang mana pun isi kopon itu, hadiah dapat dibawa, tetapi seandainya barang yang muncul, maka selain membawa hadiah, barang yang tertera di dalamnya harus dibeli. Hebat, tetapi menyakitkan tentu, jika penerima undangan datang dari jauh tidak mengetahui harus terlibat kesepakatan seperti itu.

Promosi seperti ini sekarang terjadi di Sumedang, dari sebuah perusahaan barang elektronik yang menempati lantai 3 Plaza Griya. Barang yang diselipkan ke dalam kupon bukan lagi dengan harga diskon, tetapi betul-betul gratis hanya pajak sebesar 20% s.d. 35% ditanggung sendiri. Tapi, ya ... itu... mereka-mereka yang terjebak promosi kebanyakan tidak mengetahui hal tersebut, dan barang-barang yang tersedia relatif barang-barang mewah, yang walaupun dibayar 35%belum tentu bisa terbayar.

Masih layakkah promosi seperti itu?

Masih di Sumedang pula, ada spanduk yang bertuliskan larangan mengaku warga Sumedang sebelum membaca salah satu harian terbitan Sumedang. Adakah dalam Quran atau haditsnya? Paling tidak, apakah ada Perda Kabupaten Sumedang yang mewajibkan atau me-muakad-kan baca harian itu? Ada hadits atau tidak, ada perda atau tidak, masih layakkah promosi seperti itu?

Ini hanya persepsi. Karena kadang informasi itu implisit, ada ancaman yang tersembunyi dalam isi. Pantas jika kemudian muncul tafsir yang berbeda-beda, sebatas bagian dari strategi promosi membangun persepsi.

Bangkitlah perusahaan dan industri lokal dan nasional. Di era globalisasi, berbagai cara memaksimalkan kerja, hasil kerja, dan dampak dari kerja perlu diupayakan. Hanya saja, kebangkitan itu akan berarti jika disertai elemen tanggung jawab dan budaya. Oke!

No comments: